Kamis, 27 Januari 2011

10 Kebohongan MLM Yang Tidak Kita Sadari





Inilah 10 kebohongan MLM yang sering tidak kita sadari

Kebohongan #1 :
MLM adalah bisnis yang menawarkan kesempatan yang lebih baik untuk menghasilkan uang dalam jumlah besar dibandingkan dengan model bisnis dan profesional konvensional lainnya.

Kebenaran :
Bagi kebanyakan investor MLM praktek ini akan merupakan kerugian. Ini bukan pendapat, tetapi kenyataan sejarah. Timbanglah beberapa contoh penting yang terjadi pada MLM besar berikut:

Dalam MLM yang terbesar, Amway, hanya 1/2 persen dari semua distributor menjadi basis langsung sebagai distributor, dan pendapatan rata-rata semua distributor adalah $40 sebulan. Ini adalah pendapatan kotor sebelum dikenai pajak dan ongkos-ongkos. Bila biaya dijadikan faktornya, sudah jelas bahwa hampir semua mengalami kerugian. Menjadikannya agar memasarkan secara 'langsung' bagaimanapun bukanlah karcis menuju keuntungan, tetapi menuju kerugian yang lebih besar lagi. Ketika Jaksa Agung Wisconsin mengajukan tuntutan kepada Amway, pajak dari semua distributor di Amerika Serikat menunjukkan rata-rata kehilangan $918 bersih untuk pemerintah.

Penjualan yang luar biasa dan kegagalan pemasaran menjadi faktor utama dari kegagalan ini, namun walaupun bisnis ini lebih layak, perhitungan matematik saja sudah akan membatasi kesempatan demikian. Tipe struktur bisnis MLM hanya dapat menunjang sekelompok kecil pemenang. Bila satu orang membutuhkan 1.000 orang down-line untuk mendapatkan penghasilan yang berkelanjutan, dan 1.000 orang itu membutuhkan satu juta orang untuk mengulangi sukses yang sama, berapa banyak orang sebenarnya yang dapat bergabung sebagai anggota ? Kebanyakan dari yang disebut pertumbuhan pada dasarnya adalah
pengulangan dari terkecohnya pendaftar-pendaftar baru. Uang untuk pemenang yang sedikit diperoleh dari banyak pendaftar-pendaftar baru yang masuk secara terus menerus.

Kebanyakan mereka yang rugi dalam MLM akan keluar pada tahun pertama. Pada pengadilan Melaleuca di tahun 1999, salah satu dari MLM besar di Amerika Serikat, perusahaan itu mengaku mencapai tingkat pengumpulan tertinggi diantara paradistributor industri MLM. Tingkat drop-out Melaleuca adalah 5.5% per bulan. Ini berarti sekitar 60% per tahun bila drop out diganti setiap bulan.

Dalam laporan tahunan kepada SEC, Pre-Paid Legal, MLM besar lainnya, terungkap bahwa lebih dari setengah pelanggan dan distributor berhenti setiap tahun dan digantikan oleh kelompok lain yang masih memiliki pengharapan akan bisnis ini.

Pola yang mencapai 50-70% dari semua distributor dalam setahun juga berlaku untuk NuSkin, industri kedua terbesar dalam MLM. NuSkin juga menunjukkan contoh dimana hanya kecil sekali persentasi distributor yang memperoleh keuntungan mayoritas komisi perusahaan. Di tahun 1998, NuSkin membayarkan 2/3 dari seluruh komisinya kepada hanya 200 upliners dari 63,000 distributor yang "aktif". Uang yang mereka terima diperoleh langsung dari investasi yang tidak menguntungkan dari 99,7% lainnya.

Di tahun 1995, Excel Communications, MLM "yang cepat berkembang" lainnya, melaporkan kepada pejabat adanya 86% tingkat pergantian distributor dan 48% tingkat drop-out pelanggan.

Untuk mengaburkan angka-angka keanggotaan yang suram, beberapa MLM membagi para distributor dalam dua kelas, "aktif" dan "pasif". Kelompok Aktif mencakup hanya para anggota baru dan mereka yang masih membeli produk-produk atau menerima komisi. Statistik pembayaran dan penerimaan komisi hanya terbatas pada mereka yang termasuk "golongan Aktif".

Bila SEMUA distributor yang terlibat dimasukkan, kerugian dan penghasilan rata-rata akan makin terungkap lebih buruk lagi. Dan, bila semua distributor yang terdaftar dan keluar dalam beberapa tahun dimasukkan, mujizat sukses bagi distributor / investor baru akan terlihat rendah sekali. Namun, perusahaan perusahaan demikian akan tetap mempromosikan bisnis mereka sebagai "kesempatan seumur hidup" dengan "pontensi yang tidak terbatas."


Kebohongan #2 :
Pemasaran Jaringan adalah cara yang paling populer dan efektif untuk memasarkan produk ke pasar. Pelanggan menyukai membeli produk dengan dasar satu-kepada-satu dalammodel MLM.

Kebenaran :
Bila kita melepaskan MLM dari aktivitas resmi penjualan ke-distributoran yang terus menerus, yaitu cara penjualan eceran atas dasar satu-kepada-satu produk kepada pelanggan, kita akan menjumpai sistem penjualan yang tidak produktif dan tidak praktis diatas mana seluruh struktur bertumpu. Penjualan secara pribadi adalah hal masa lalu, bukan gelombang masa depan. Menjual secara eceran secara langsung kepada teman-teman atas dasar satu-kepada-satu menuntutorang-orang untuk secara drastis mengubah kebiasaan belanja mereka. Mereka harus membatasi pilihan mereka, sering harus membayar lebih untuk barang barang, membeli dengan enggan, dan secara janggal melakukan transaksi dengan teman dekat dan keluarga. Pengeceran dari pintu-ke-pintu yang tidak layak itulah sebenarnya MLM, dalam kenyataan, MLM adalah sebuah bisnis yang hanya menjual kesempatan untuk merekrutdistributor baru.

Kebohongan #3 :
Pada akhirnya semua barang akan dijual dengan MLM, sebuah bentuk pemasaran yang baru. Toko-toko eceran, mal-mal, katalog dan sebagian besar iklan oleh MLM akan segera dianggap tidak lagi diperlukan.

Kebenaran :
MLM bukan hal baru. Itu sudah muncul sejak akhir dasawarsa 1960-an. Kenyataannya, saat ini hanya mencapai kurang dari satu persen penjualan eceran di Amerika Serikat. Menurut Departemen Perdagangan Amerika Serikat, di tahun 2000, jumlah penjualan eceran adalah $3.232 triliun dan jumlah penjualan melalui MLM hanya sekitar $10 milyar. Jumlah ini hanya sekitar sepertiga persen dan sebagian besar penjualan dibeli calon-calondistributor yang masih penuh harapan yang sebenarnya membayar uang pendaftaran memasuki suatu bisnis yang segera akan mereka tinggalkan. Bukan saja penjualan melalui MLM tidak terlalu berarti di pasar, tetapi kegagalan MLM sebagaimodel penjualan juga berdampak pada faktor lain yaitu mempertahankan pelanggan. Sebagian besar langganan MLM akan berhenti membeli barang-barang secepat mereka berhenti mencari "kesempatan bisnis". Tidak ada loyalitas pada merk produk.

Fakta-fakta dasar ini menunjukkan, sebagai model pemasaran, MLM tidaklah menggantikan bentukbentuk pemasaran yang sudah ada. Itu sama sekali tidak menyaingi pendekatan pemasaran yang lain. sebaliknya, MLM mewakili sebuah skema investasi yang menggunakan bahasa pemasaran dan penjualan barang. Produk sebenarnya adalah ke distributoran yang dijual dengan janji-janji penghasilan yang memberi kesan keliru dan dibesar-besarkan.Orang-orang membeli produk agar memperoleh posisi yang aman dalam piramid penjualan. Kemungkinannya selalu dikemukakan bahwa seseorang akan kaya bila tidak dari usaha sendiri akan datang dariorang tak dikenal yang akan bergabung sebagai 'downline,' yang disebut mereka sebagai 'ikan besar'.

Pertumbuhan MLM bukanlah manifestasi dari nilainya kepada ekonomi, pelanggan atau distributor, tetapi dari ketakutan ekonomi dan rasa tidak aman masa kini yang tinggi dan pengharapan yang meningkat akan kemakmuran yang cepat dan mudah. Ini bertumbuh dengan cara yang sama seperti penjualan sehari-hari di bursa saham, perjudian resmi dan undian.


Kebohongan #4 :
MLM adalah sebuah cara hidup yang baru yang menjanjikan kebahagiaan dan pemenuhan harapan. Ini adalah cara untuk mencapai semua hal baik dalam hidup ini.

Kebenaran :
Motivasi yang paling ditonjolkan dalam industri MLM yang dapat dilihat dalam brosur-brosur industri ini dan persentasi pertemuan-pertemuan promosi, adalah sebuah bentuk materialisme yang mencolok. Perusahaan-perusahaan 'Fortune 100 companies' akan merah mukanya bila dibandingkan dengan janji-janji kemakmuran dan kemewahan yang ditawarkan penjual MLM. Janji-janji ini ditawarkan sebagai tiket pribadi menuju pemenuhan harapan hidup mandiri. Promosi MLM yang berlebihan menuju kemakmuran dan kemewahan bertentangan dengan keinginan sebagian besarorang akan pekerjaan yang berarti dan memenuhi bakat dan minat mereka. Pendeknya, budaya bisnis ini menyimpangkan banyak orang dari nilai-nilai dan keinginan pribadi untuk mengungkapkan bakat dan minat mereka yang unik.


Kebohongan #5 :
MLM adalah sebuah gerakan spiritual.

Kebenaran :
Penggunaan konsep spiritual seperti kesadaran akan kemakmuran dan visualisasi kreatip untuk mempromosikan pendaftaran MLM, penggunaan kata-kata seperti 'persaudaraan' untuk menjelaskan sebuah organisasi penjualan, dan klaim bahwa MLM adalah pemenuhan nubuatan Alkitab tentang prinsip-prinsip Kristiani, adalah penyimpangan dari praktek Kristen yang benar. Mereka yang memusatkan pengharapan dan impian mereka sebagai jawaban atas doa-doa mereka kehilangan pengertian sebenarnya akan arti spiritualitas sebenarnya yang diajarkan oleh agama-agama dan kepercayaan-kepercayaan besar umat manusia. Penyalahgunaan prinsip-prinsip spiritual seharusnya menjadi tanda bahwa kesempatan investasi itu menyesatkan. Bila sebuah produk dibungkus dalam bendera atau agama, pembeli harus waspada! 'Kekeluargaan' dan 'dukungan' yang ditawarkan oleh organisasi-organisasi MLM kepada calon-calon anggota baru bergantung sepenuhnya dari penjualan mereka. Bila penjualan dan pemasukan pendaftar baru menurun, begitu juga 'kekeluargaan' itu.


Kebohongan #6 :
Sukses dalam MLM adalah mudah. Teman-teman dan keluarga adalah calon yang alami. Mereka yang mencintai dan mendukung akan menjadi pelanggan seumur hidup.

Kebenaran :
Komersialisasi hubungan kekeluargaan dan teman atau penggunaan kehangatan hubungan yang dibutuhkan dalam program pemasaran MLM merupakan elemen yang merusak dalam masyarakat dan tidak sehat bagi perorangan yang terlibat. Komersialisasi hubungan kekeluargaan dan loyalitas persahabatan untuk membangun bisnis dapat menghancurkan fundasi sosial seseorang. Hal itu menekankan hubungan yang tidak akan pernah mengembalikan kepada dasar asli dari cinta, loyalitas dan dukungan. Di atas aspek sosial yang merusak, pengalaman menunjukkan bahwa sedikit manusia menikmati atau menghargai bujukan keluarga dan teman untuk membeli produk yang ditawarkan.


Kebohongan #7 :
Anda dapat mengerjakan bisnis MLM pada waktu senggang. Sebagai bisnis, MLM menawarkan kebebasan yang paling besar dan kebebasan waktu perorangan. Beberapa jam seminggu dapat menghasilkan tambahan penghasilan yang cukup berarti dan dapat bertumbuh menjadi penghasilan yang besar, dan menjadikan pekerjaan lainnya tidak diperlukan lagi.

Kebenaran :
Puluhan tahun pengalaman melibatkan jutaan orang membuktikan menghasilkan uang di MLM membutuhkan komitmen waktu yang tidak sedikit termasuk tipu daya, keuletan dan penipuan perorangan. Melebihi diperlukan sedikit kerja keras dan sikap khusus, model bisnis pada dirinya sendiri mengkonsumsi lebih banyak wilayah kehidupan dan waktu seseorang. Dalam MLM, semua orang adalah bakal calon. Setiap waktu bangun adalah waktu yang potensial untuk pemasaran. Tidak ada batasan tempat, orang orang, atau waktu untuk penjualan. Sebagai konsek
uensi, tidak ada tempat dan waktu luang atau sekali
seseorang bergabung dalam sistem MLM.

Dibalik kedok untuk menghasilkan uang secara mandiri, sistem ini mengontrol dan mendominasi segenap aspek k
ehidupan orang-orang dan membutuhkan keloyalan ketat pada program. Ini terlihat dari kenyataan mengapa begitu banyak orang yang sudah terlibat terlalu dalam akan berakhir dengan kebutuhan dan ketergantungan akan MLM secara mati-matian. Mereka mengasingkan atau membubarkan hubungan-hubungan lain yang berkesinambungan.


Kebohongan #8 :
MLM adalah bisnis baru yang positif dan dapat diandalkan, yang meneguhkan jiwa dan kebebasan pribadi manusia.

Kebenaran :
Brosur-brosur pemasaran MLM menunjukkan kebanyakan pesannya adalah untuk melepaskan rasa takut manusia dan berdasarkan menipuan akan potensi penghasilan. Bujukan sering mencakup ramalam tentang hancurnya bentuk-bentuk distribusi lainnya, disintegrasi tentang ketidak pekaan perusahaan Amerika, dan
langkanya kesempatan pada profesi atau lain. Profesi, perdagangan dan bisnis konvensional secara rutin direndahkan dan disalahkan karena tidak menjanjikan 'penghasilan yang tidak terbatas'. Pekerjaan digambarkan sebagai perbudakan bagi mereka 'yang kalah'. MLM digambarkan sebagai harapan terbesar untuk banyak orang. Pendekatan ini, sebagai tambahan penipuan, sering mendatangkan efek yang menakutkan orang-orang yang sebenarnya ingin menggapai visi sukses dan kebahagian mereka yang unik. Kesempatan bisnis yang sehat tidak perlu mendasarkan semangatnya pada ramalan-ramalan dan peringatan-peringatan yang negatif.


Kebohongan #9 :
MLM adalah pilihan terbaik untuk memiliki perusahaan sendiri dan memperoleh kebebasan ekonomis yang sebenarnya.

Kebenaran :
MLM bukan pekerjaan-mandiri yang sebenarnya. 'Memiliki' sebuah kedistributoran MLM adalah ilusi. Beberapa perusahaan MLM melarang distributornya untuk juga mengembangkan down-line baru. Sebagian besar kontrak MLM memudahkan pemutusan kedistributoran dan cepat bagi perusahaan. Bila terjadi pemutusan, down-lines dapat diambil dengan segala cara. Keanggotaan membutuhkan kepatuhan yang ketat akan model 'duplikasi,' bukan kebebasan pribadi dan individualitas. Distributor MLM bukan pengusaha tetapi peserta dalam sistem hirarki yang kompleks dibawah mana mereka hanya memiliki sedikit kontrol.


Kebohongan #10 :
MLM bukan skema piramid karena menjual produk.

Kebenaran :
Penjualan produk tidak lain hanyalah usaha pengamanan diri terhadap peraturan-peraturan anti-piramid atau praktek-praktek dagang yang tidak jujur yang dikeluarkan oleh undang-undang negara. MLM yang menjual barang-barang yang bermanfaat, produk yang berkwalitas telah berhasil diadili oleh para pejabat negara dibawah undang-undang anti-piramid. MLM adalah bentuk bisnis yang sah hanya dibawah persyaratan yang ketat yang dikeluarkan oleh FTC dan Jaksa Agung. Banyak MLM sekarang melanggar ketentuan itu dan tetap beroperasi hanya karena mereka belum diadili. Peraturan pengadilan yang baru menentukan peraturan 70% untuk menilai sah tidaknya sebuah MLM. Sedikitnya 70% dari barang-barang yang dijual oleh perusahaan MLM harus dijual kepada bukan distributor. Standar ini akan menempatkan sebagian besar perusahaan MLM di luar hukum. MLM terbesar mengaku bahwa hanya 18% penjualannya yang dijual untuk umum non-distributor.

Greenpeace berbohong


Inilah Bukti Kebohongan Greenpeace

inilah.com LSM asing Greenpeace dinilai sudah tak independen lagi. LSM asal Kanada itu dianggap memiliki agenda terselubung dalam kampanye lingkungannya.

Agenda terselubung itu diungkapkan oleh mantan direktur Greenpeace Patrick Moore pada 2008 dalam artikelnya berjudul Why I Left Greenpeacedi The Wall Street Journal.

Dalam buku Menguak Dusta Dusta Greenpeacekarya Syarief Hidayatullah, dituliskan, Patrick Moore mengatakan, Greenpeace lebih mengedepankan agenda politis daripada objektivitas ilmiah.

Contohnya, ketika Greenpeace mengampanyekan pemboikotan penggunaan bahan berbahaya DINP (Diisonyl Phtalate) dalam mainan anak-anak produksi Wal-Mart dan Toys 'R' Us di Eropa untuk pindah ke produk lainnya.

Setelah dilakukan penelitian ilmiah, ternyata bahan DINP tersebut tidak berbahaya. Patrick Moore berpendapat Greenpeace telah menakut-nakuti masyarakat lewat kampanyenya tersebut.
"Kampanye yang menakut-nakuti dapat mengalihkan publik dari masalah lingkungan yang sebenarnya," ujar Moore.

Mantan Direktur Greenpeace Patrick Moore mengungkapkan, salah satu kebohongan Greenpeace lainnya adalah saat kampanye larangan penggunaan bahan kimia klorin dalam produk rumah tangga.

Dalam buku Menguak Dusta Dusta Greenpeace karya Syarief Hidayatullah disebutkan bahwa Greenpeace mengampanyekan pemboikotan penggunaan klorin selama 20 tahun.
Padahal, berdasarkan penelitian ilmiah ternyata klorin membantu membasmi penyakit kolera yang terdapat dalam air minum.

"Greenpeace telah berkembang menjadi organisasi berpaham ekstrem yang dimotivasi agenda politik. Akhirnya kampanye anti klorin gagal," ujar Patrick.

Pada akhirnya, Patrick menilai, Greenpeace ada kecenderungan mengabaikan tujuan ilmiah hanya karena untuk mendukung agenda politik tertentu.

"Itulah yang mendorong saya untuk meninggalkan Greenpeace tahun 1986," tegas Patrick.
IPB Pastikan Data Greenpeace Tidak Akurat

Dua peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Yanto Santosa dan Prof. Bambang Hiro Saharjo menyatakan, data kerusakan hutan yang dimiliki Greenpeace tidak akurat.

Menurut Dr. Yanto yang melakukan penelitian sejak April-Juli 2010 bersama Prof. Bambang, tuduhan Greenpeace soal terjadinya deforestasi di Indonesia tidaklah tepat. Sebab Greenpeace memiliki definisi yang berbeda.

Deforestasi yang didefinisikan Greenpeace, menurut Yanto, adalah pengurangan areal berhutan. Sedangkan definisi dari pemerintah Indonesia adalah pengurangan kawasan hutan.

Menurut Yanto, kedua definisi ini jelas berbeda, karena yang dipakai Greenpeace mengandung pengertian pengurangan areal yang di dalamnya tumbuh pohon-pohon, baik alang-alang, perdu, dan lain-lain. Mereka tidak peduli, walaupun dalam peraturan perundang-undangan Indonesia sudah ditetapkan bahwa areal tersebut sebagai kawasan pengembangan perkebunan.

Saya bersama Prof. Bambang Hiro Saharjo serta para peneliti dari Control Unions Certification (CUC) dan British Standards Institution (BSI) telah melakukan penelitian dengan menggunakan metode terukur, ilmiah dan mudah diverifikasi. Hasilnya, semua tuduhan yang dilontarkan Greenpeace tidak ada dasarnya, ungkap Yanto kepada wartawan, Senin (1/11/2010).

Yanto telah bertemu dan menjelaskan hasil temuannya kepada Greenpeace. Namun ironisnya, mereka tidak mau menerima dan menghormati hasil penelitian yang dilakukannya.

Bagi mereka, areal berhutan itu semua jenis lahan yang di dalamnya tumbuh pepohonan. Tidak peduli mengenai statusnya, apakah itu areal bekas HPH (Hak Pengusahaan Hutan) yang ditinggalkan, sehingga menjadi areal yang ditumbuhi alang-alang atau lahan hutan konservasi dan hutan alami. Semuanya dipukul rata. Inilah yang melahirkan data Greenpeace tidak akurat. Bahkan kami menantang mereka untuk terjun ke hutan-hutan yang jadi obyek tuduhan. Namun mereka menolak. Patokan mereka hanya satelit, jelas Yanto.
Greenpeace Halangi Pengentasan Kemiskinan

Kampanye aktivis lingkungan Greenpeace dinilai menghalangi upaya Indonesia meningkatkan standar hidup dan mengurangi angka kemiskinan. Gerakan konservasi hutan menghambat ruang gerak industri kelapa sawit.
Industri kelapa sawit dan produk kertas di Indonesia telah melibatkan 20 juta orang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi perusahaan besar seperti Nestle dan Unilever telah terpengaruh Greenpeace untuk tidak menggunakan produk kelapa sawit dari Sinar Mas. Mereka pun sepakat mengancam membaikot produk Unilever

"Sebenarnya Greenpeace bertujuan menghalangi upaya yang telah ditempuh Indonesia untuk meningkatkan standar hidup dan mengurangi kemiskinan rakyat Indonesia," kata dikatakan mantan Menteri Senior Kabinet Malaysia, Tun Dr Lim Yeng Kaik, menanggapi kampanye aktifis lingkungan tersebut beberapa waktu lalu.

Laporan Greenpeace tentang Sinar Mas sangat standar dan hanya untuk memberi warna kampanye hitang meskipun dilengakipi dengan 100 referensi dan 300 catatan kaki. Padahal sebenarnya untuk menekan mitra bisnis agar menghindari transaksi dengan perusahaan Indenesia. Perusahaan adalah milik pribadi atau perusahaan keluarga. Itu adalah model yang paling utama pada berbagai perusahaan lokal yang telah berkembang dan berbasis di Asia.
Penurunan ekspansi produksi kelapa sawit akan berarti penurunan ketersediaan makanan pokok yang murah bagi masyarakat miskin di Asia dan Afrika.

Greenpeace mengklaim, apapun caranya, menghentikan konversi hutan lebih lanjut akan menyelamatkan spesies yang terancam punah. Namun itu tidak akan terjadi. Sebab hanya program konservasi yang sengaja diarahkan untuk menjaga kelestarian spesies dan didukung oleh perusahaan-perusahaan, yang akan mampu menyelamatkan spesies langka dari ancaman kepunahan. Namun justru Greenpeace sangat ingin memojokkan perusahaan-perusahaan itu.

Kenapa Greenpeace Tak Persoalkan Exxon Mobil?

Aktivitas LSM asing Greenpeace kembali dipersoalkan. Pengamat politik UI Bonie Hargens meminta Greenpeace agar meminta maaf kepada pemerintah Indonesia.
"Harusnya pemerintah yang tegas kepada Greenpeace. Tuntut mereka untuk minta maaf atas campur tangan persoalan dalam negeri. Sudah sekian kali Indonesia diinjak-injak," kata Bonie saat diskusi 'Menguak Dusta Greenpeade' di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (2/12/2010).
Kalau pemerintah tidak tegas, dikhawatirkan upaya intervensi asing tidak pernah berhenti. "Nggak bakal kapok-kapok. Mereka terus mengobok-obok kedaulatan bangsa kita," tandasnya.
Menurut Bonie, selama ini Greenpeace merugikan Indonesia karena menggunakan standar ganda. Karena hanya membatasi lahan sawit saja.
"Sementara soal Freeport dan Exxon tidak pernah mendapat kritik keras. Ini ada apa," tukasnya.
Ia menyebut Greenpeace sebagai srigala berbulu domba yang memakai postulat moral dan demokrasi untuk membungkus kepentingan ekonomi dan politik terselubung.

Satu dari Tiga Pelajar Indonesia Mulai Merokok Sebelum Usia 10 Tahun

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -  Baru sekitar 22 kabupaten/kota yang sudah mulai menerapkan Kawasan Tanpa Rokok. Padahal Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 115 menyatakan Pemerintah Daerah wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok.

Hal itu dikemukakan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama pada //Republika// melalui surat elektonik, Ahad malam (23/1).  Untuk itu, kata dia, diperlukan komitmen para pemegang kebijakan di tingkat daerah untuk menerapkannya.

Saat ini Indonesia tercatat sebagai negara ketiga tertinggi di dunia yang mengonsumsi tembakau/rokok dengan perincian sebanyak dua pertiga (65,1 persen) adalah laki-laki dan sekitar 78 persennya mulai merokok pada usia di bawah 19 tahun.

Bahkan sepertiga dari pelajar mengaku bahwa mereka mulai merokok sebelum usia mereka genap sepuluh tahun, ungkap dia.  Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 200 ribu orang meninggal di Indonesia per tahunnya karena penyakit-penyakit dampak merokok. Penyakit dampak merokok tersebut termasuk penyakit tidak menular.

Penyakit tidak menular sebenarnya mempunyai faktor risiko yang dapat dicegah. Faktor risiko tersebut antara lain :konsumsi tembakau, pola makan yang tidak sehat dan seimbang (terutama kurang konsumsi sayur dan  buah, sering makan makanan asin, tinggi lemak dan manis), kurang aktifitas fisik,  berat badan lebih dan obesitas, kolesterol tinggi, gula darah tinggi, stres, konsumsi alkohol, dan perilaku yang berkaitan dengan dengan kecelakaan dan cedera, seperti perilaku berlalu lintas yang tidak benar.
Selanjutnya Tjandra mengatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2005 penyakit tidak menular merupakan penyebab utama dari 58 juta kematian di dunia, terdiri dari penyakit jantung dan pembuluh darah (30 persen), penyakit pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16 persen), kanker (13 persen), cedera (9 persen) dan diabetes melitus (2 persen).
Di wilayah Asia Tenggara penyakit tidak menular merupakan 51 persen penyebab kematian pada tahun 2003, dan menimbulkan DALYs (Disability Adjusted Life Years) sebesar 44 persen.   Proporsi angka kematian penyakit tidak menular di Indonesia meningkat dari 41,7 persen pada tahun 1995 menjadi 59,5 persen pada tahun 2007.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan hipertensi (31,7  persen), penyakit jantung (7,2 persen), stroke (0,83 persen), diabetes melitus (1,1 persen) dan diabetes melitus di perkotaan (5,7 persen), asma (3,5 persen), penyakit sendi (30,3 persen), kanker/tumor (0,43 persen), dan cedera lalu lintas darat (25,9 persen). Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai 15,4 persen.